RINDUKU JAUH DI SURAU
Suka
Komentar

RINDUKU JAUH DI SURAU

Sebuah novel terbaru dari penulis novel Islami, Suprio Guntoro. Novel berlatar belakang sejarah (1945) ini penuh dengan nuansa patriotik dan semangat perjuangan yang didorong oleh spirit "Jihad fi sabilillah", yang dikobarkan oleh seorang ulama, pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng, Hadratus Syech KH. Hasyim Asy'ari, melalui fatwanya yang terkenal, yakni "Resolusi Jihad". Fatwa KH. Hasyim Asy'ari ini berhasil memantik semangat para ulama, ustaz, kiai, santri, dan para pejuang untuk mengangkat senjata melawan tentara Sekutu yang dipimpin tentara Inggris—merupakan tentara terkuat di dunia pada masa itu. Dengan keyakinan, tekad, dan semangat jihad, para pejuang yang terdiri antara lain dari Laskar Sabilillah, Laskar Hizbullah, para kiai, ustaz, para santri (terutama dari Tebuireng), serta para pemuda dari sekitar Surabaya, akhirnya berhasil menuruntuhkan kekuatan Divisi 49 (Pasukan Elit Inggris) dan seluruh pasukan Sekutu, sehingga mereka gagal untuk menguasai kembali Republik Indonesia yang kala itu baru berusia 3 bulan.

Membaca novel ini menyadarkan kita betapa besarnya pengorbanan para ulama dan santri demi mempertahankan kemerdekaan dan keberadaan republik ini dari ancaman kolonialis (Sekutu dan NICA). Di tengah pergolakan dalam revolusi fisik, penulis mencoba membubuhinya dengan narasi-narasi humanis, seperti cinta, kerinduan, harapan, kecemasan, serta sikap masyarakat yang saling peduli, saling menyayangi dan melindungi, gotong-royong, serta saling bantu-membantu di tengah penderitaan dan kesengsaraan mereka akibat penindasan dari pihak penjajah. Meski mereka ditimpa kesusahan, kemelaratan, dan kekurangan pangan serta sandang, mereka tetap guyub, rukun, dan saling membantu.

Dengan elok, penulis memotret situasi tersebut di wilayah pedesaan di Jember, tepatnya di desa Bagorejo, Mlokorejo, dan Tembokrejo, membuat cerita dalam novel ini mengharukan dan menggoda untuk dibaca. Sebagaimana novel-novelnya yang lain, Guntoro selalu menyiapkan kejutan-kejutan bagi pembacanya menjelang akhir cerita. Agaknya, novel ini perlu dibaca oleh para pelajar, santri, siswa, mahasiswa, serta para pemuda, agar generasi penerus memahami dan menyadari betapa besar pengorbanan para pejuang, termasuk para ulama dan santri, dalam mempertahankan kemerdekaan. Mereka tidak hanya berkorban harta dan tenaga, tetapi juga mempertaruhkan nyawa, jiwa, dan raga demi mempertahankan Indonesia tercinta.


Tulis Komentar

0 Komentar

Disarankan Untuk Anda

Postingan Terpopuler

Postingan Terkait