
 (1)_677c856d99346.jpg)
Kudeta G30S/PKI 1965 Sejarah Gelap dan Perubahan Politik di Indonesia
Kudeta G30S/PKI yang terjadi pada 30 September 1965 merupakan salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini tidak hanya mengguncang fondasi politik negara, tetapi juga mengubah arah sejarah bangsa dan berimplikasi luas bagi kehidupan masyarakat. Artikel ini akan membahas secara rinci latar belakang, jalannya kudeta, dampaknya terhadap masyarakat, serta perubahan politik yang dihasilkan dari peristiwa ini.
Pada awal 1960-an, Indonesia berada dalam keadaan yang sangat tidak stabil. Pemerintahan Presiden Soekarno menghadapi tantangan besar, termasuk inflasi yang tinggi, ketidakpuasan masyarakat, dan konflik antara berbagai ideologi politik. Gerakan kiri, yang dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), semakin kuat dan mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan, termasuk buruh dan petani.
Ketegangan antara PKI dan militer meningkat, terutama setelah adanya tindakan represif yang dilakukan oleh PKI terhadap lawan-lawan politiknya. Situasi ini menciptakan ketakutan di kalangan elit militer bahwa PKI dapat mengambil alih kekuasaan.
Sejarah hubungan antara PKI dan militer juga terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa sebelumnya, seperti pemberontakan Madiun 1948. Dalam konflik tersebut, PKI dituduh berusaha menggulingkan pemerintah. Meskipun PKI telah diizinkan untuk berpartisipasi dalam politik, ketegangan antara militer dan partai komunis tetap ada.
Jalannya Kudeta
Pada malam 30 September 1965, sekelompok militer yang mengatasnamakan Gerakan 30 September (G30S) melakukan penculikan terhadap enam jenderal TNI. Mereka mengklaim bahwa kudeta ini bertujuan untuk menyelamatkan Presiden Soekarno dari upaya kudeta yang akan dilakukan oleh militer. Dalam aksi ini, para jenderal tersebut dibunuh dan tubuhnya dibuang ke Lubang Buaya, Jakarta.
Setelah penculikan, G30S mengumumkan bahwa mereka telah mengambil alih pemerintahan dan mendeklarasikan bahwa mereka bertujuan untuk menyelamatkan bangsa dari ancaman. Namun, langkah ini segera mendapatkan respons dari kalangan militer yang setia kepada Soekarno, terutama oleh Jenderal Soeharto.
Tulis Komentar
Anda harus login dulu untuk menulis komentar.