Pertempuran Jawa Tengah: Perlawanan Pangeran Mangkubumi sebelum Perjanjian Giyanti
Suka
Komentar

Pertempuran Jawa Tengah: Perlawanan Pangeran Mangkubumi sebelum Perjanjian Giyanti

Pertempuran yang dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi (yang kelak dikenal sebagai Sultan Hamengkubuwono I) adalah salah satu babak penting dalam sejarah perlawanan di Jawa. Konflik ini berlangsung antara tahun 1746 hingga 1755 sebagai bagian dari ketidakpuasan atas kekuasaan Kesultanan Mataram dan campur tangan kuat VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dalam urusan kerajaan. Pangeran Mangkubumi, merasa dikhianati oleh saudaranya, Pakubuwono II, dan tidak setuju dengan penyerahan sebagian wilayah Mataram kepada Belanda, mengangkat senjata melawan kekuasaan pusat dan VOC.

Selain berakar dari ambisi kekuasaan, pemberontakan ini juga mengekspresikan rasa ketidakpuasan atas dominasi asing dan ketidakadilan politik. Meskipun konflik ini akhirnya diselesaikan melalui Perjanjian Giyanti pada 1755, dampak sosial dan politiknya terasa jauh ke masa depan, terutama dengan lahirnya Kesultanan Yogyakarta sebagai kekuatan baru di Nusantara.

Latar Belakang Konflik

Sejak akhir abad ke-17, Kesultanan Mataram mulai melemah akibat perselisihan internal dan intervensi asing. Pada masa pemerintahan Pakubuwono II, tekanan VOC semakin besar. VOC tidak hanya campur tangan dalam urusan kerajaan tetapi juga meminta sejumlah wilayah pesisir, yang penting secara ekonomi, untuk diserahkan kepada mereka sebagai imbalan bantuan militer.

Pakubuwono II yang tergantung pada VOC kehilangan dukungan banyak bangsawan. Selain itu, kesulitan ekonomi akibat kewajiban membayar pajak dan upeti kepada Belanda membuat rakyat semakin kecewa. Pangeran Mangkubumi, sebagai salah satu putra bangsawan terkemuka, menentang kebijakan ini dan merasa diabaikan dalam pembagian kekuasaan.

Pada 1746, Mangkubumi menolak perintah kerajaan dan memulai pemberontakan di Jawa Tengah. Ia bersekutu dengan Pangeran Sambernyawa (Raden Mas Said), tokoh pemberontak yang juga kecewa dengan VOC dan kekuasaan Pakubuwono.

Strategi Perlawanan

Perlawanan Mangkubumi tidak hanya bergantung pada kekuatan militer, tetapi juga pada kemampuan diplomasi dan strategi gerilya. Dengan bantuan Pangeran Sambernyawa, pasukan pemberontak berhasil menguasai wilayah-wilayah penting seperti Kedu, Bagelen, dan Banyumas. Mereka menggunakan strategi gerilya untuk melemahkan pasukan VOC yang lebih unggul dalam persenjataan, memanfaatkan kondisi geografis Jawa yang penuh pegunungan dan hutan.

Tulis Komentar

0 Komentar